Pemahaman Eksistensialisme Dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 - Tinta Pergerakan

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Pemahaman Eksistensialisme Dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Share This

Pemahaman  Eksistensialisme Dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0


Sebelum kita masuk pada tema pokok hendaknya kita mengerti terlebih dahulu tentang seluk beluk dunia filsafat yang mana salah satu aliran berpikirnya akan saya bedah di bawah ini.

Manusia adalah makhluk yang  lengkap manusia  lahir dengan membawa segenap potensi yang sudah diberikan oleh tuhan,  manusia lahir bukan seperti kertas kosong yang tanpa coretan, manusia dibekali dengan perangkat lunak atau software yang luar biasa yakni akal yang membedakanya dengan binatang, meminjam istilah aristoteles manusia adalah binatang rasional atau binatang yang berpikir, satu-satunya makhluk di alam semesta ini yang memiliki akal hanyalah manusia, binatang,hewan,tumbuhan tidak memilikinya mereka hanya memiliki naluri/insting, apakah manusia tidak memiliki naluri? Tentu memiliki karna saya katakan tadi bahwa manusia adalah makhluk yang lengkap, manusia tidak hanya memiliki akal akan tetapi juga memiliki naluri/insting(sifat kebinatangan) nurani, naluri, intuisi, imajinasi, dan yang terakhir adalah akal, ada asumsi yang mengatakan akal bukan segalanya, iya itu benar tapi kurang tepat, bahwa segala sesuatu memang tidak mesti selalu menggunakan ukuran atau parameter akal, sebab pengetahuan sanggatlah luas, dengan berbagai macam ragam pemahaman manusia atas realitas.

Akan tetapi segalanya tetap membutuhkan akal bukan dalam pengertian satu-satunya yang dapat menjadi sumber pengetahuan dan ukuran kebenaran akan tetapi segalanya membutuhkan media untuk menyampaikan pesan-pesan universal yang dapat di pahami oleh semua orang dalam satu frekuensi pemahaman yang sama yakni  akal,dan akal memiliki hukum sendiri yang kemudian di kenal dengan istilah logika, seorang filosof muslim bernama al farabi dalam salah satu asumsi pemikiranya pernah menganjurkan umat islam untuk belajar logika sebab logika merupakan media yang universal untuk menyampaikan pesan-pesan pengetahuan,  contoh sederhana 1+1=2  semua orang akan mengatakan hal yang sama hanya orang gila yang mengatakan 1+1=3 itulah arti universal berbeda dengan ketika medianya intuisi (irfan) 1+1 jawabanya bias 3 bisa 4 tergantung siapa yang mengalami kebenaran berbeda lagi ketika medianya wahyu (bayan)  1+1 bisa 2 dan itulah kebenaran mutlak, oke itu hanya pengantar untuk memprovokasi anda, lalu apa fungsi akal, secara sederhana yakni berpikir, lalu berpikir yang seperti apa? Bukan berpikir biasa tapi berpikir filosofis lalu apa berpikir filosofis itu? Baca di bawah ini oke.

Pernahkah ada sedikit terbesit  dalam pikiran anda sebuah pertanyaan-pertanyaan mendasar yang seolah-olah tampak tak berguna  misal apa itu hidup, kenapa kita hidup, apa tujuan hidup, apa itu manusia  dan sebagainya kalau pernah berpikir demikian berarti kita masih waras menjadi manusia, ya kenapa saya sebut masih waras karna itulah salah satu hakikat manusia yakni rasa keingintahuan, manusia sejak lahir sudah memiliki perasaan ingin tau tentang segala hal coba perhatikan anak-anak kecil , setiap apa yang dilihat oleh mereka pasti selalu ditanya, ini apa, itu apa dsb kita yang mendengar pertanyaan-pertanyaan itu terkadang sering jengkel dalam pikiran kita terbesit ngapain sih pertanyaan-pertanyaan seperti itu di tanyakan terus, kurang kerjaan aja, yahhh  itu karna kita kita sudah dewasa yang hidup dalam peradaban yang sanggat mekanis apa artinya itu yakni hidup yang larut dalam rutinitas, hidup yang tanpa arti, hidup yang seolah begitu saja berjalan seperti biasanya , makan, minum, sekolah, jalan jalan belajar tanpa sedikitpun kita bertanya kenapa saya makan? Kenapa saya sekolah? Kenapa saya belajar? Saya yakin kita sewaktu kecil pernah merasa keheranan dan bertanya tentang hal itu namun berjalanya waktu ketika sudah besar pertanyaan-pertanyaan itu tiada lagi entah hilang dari pikiran kita atau entah terlupakan secara sengaja oleh kita, oleh karnanya saya hendak mengajak pembaca untuk bernostalgia  pada kita lagi tentang memori-memori masa kecil kita, saya mengajak pada saudara yang membaca artikel ini khususnya para sahabat pmii untuk merenungkan kembali akan hal tersebut. Sudahkah sekarang hari ini bertanya pada diri kita sendiri tentang hal-hal fundamental dalam hidup kita lalu sudahkah mendapat jawaban atasnya. Kalau belum mari saya akan ajak saudara berefleksi sejenak, berfilsafat.

Suatu istilah yang bikin bulu kuduk merinding, pusing tujuh keliling, angker,nggeri, sulit,rumit, sesat, mengada ada  dsb filsafat seolah-olah menjadi barang antik yang hanya dimiliki oleh orang berduit dan juga seolah-olah filsafat milik orang elit, milik orang yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan masih banyak lagi, bagi yang sudah pernah melihat judul buku atau sedikit membaca tentang filsafat, setelah membaca umunya mereka berpandangan bahwa filsafat itu tidak penting, tidak berguna bagi kehidupan kita, itu mungkun hanya perasaan saya saja, mungkin bias benar mungkin juga bias salah karna saya tidak pernah meneliti akan hal tersebut tetapi fakta keseharian yang saya amati demikian halnya sedikit sekali orang yang mau belajar filsafat, jangankan belajar filsafat, berfilsafat saja mungkin tidak pernah.

Saya memaklumi jika demikian yang terjadi karna memang kebanyakan para filosof bukanlah seorang penulis yang baik, menurut saya  ada tiga kemungkinan yang melatar belakangi itu
Yang pertama adalah kebanyakan orang yang belajar filsafat menggunakan referensi bacaan buku terjemahan, karna terkait dengan struktur horizon pengarang dengan latar belakang geografis historis dan struktur bahasa yang berbeda dengan pembaca.

Yang kedua adalah penggunaan istilah-istilah yang terlalu abstrak yang seolah-olah melangit sehingga terkesan jauh dari bumi
Dan yang ketiga adalah prasangka yang berlebihan.

Sebelum Saya lanjutkan terlebih dahulu saya akan mendongeng sebentar.

Jauh sebelum masehi di yunani lahir seorang manusia yang menjadi pelopor bagi peradaban umat manusia yakni Socrates, dalam sejarah, kehidupanya agak tragis ia dihukum mati oleh rezim penguasa saat itu dengan meminum racun karna dianggap merusak pikiran anak muda yunani pada masa itu, dengan berbekal metode dialog Socrates mencoba mengajak dengan semua orang yang di temui olehnya untuk sejenak berpikir  mendalam, mempertanyakan premis, asumsi, atau paradigma masyarakat umum dengan pendekatan rasional , dengan metode seperti ini Socrates sukses membuka seluas-luasnya cakrawala pikiran masyarakat yunani, boleh dikata  Socrates pada masa itu menjadi peletak dasar bagi kebijaksanaan hidup yang berbasis pada pendekatan rasional selanjutnya.

Apa itu filsafat? Filsafat secara umum pertama kali digunakan oleh pytagoras, filsafat berasal dari kata philo dan Sophia yang arinya cinta kebijaksanaan/cinta pengetahuan, secara istilah sampai saat ini para filosof dan ahli filsafat masih berbeda pendapat tentang definisi filsafat, oke tapi saya akan mencoba mendefinisikan filsafat menurut saya, filsafat adalah suatu cara manusia untuk memahami dunia dengan segala isinya menggunakan seperangkat alat pengetahuan yang terdiri dari akal,pancaindera, dan intuisi.

Secara umum pembahasan tentang filsafat berputar di sekitar ontologi ,epistemologi,dan aksiologi ontologi berbicara tentang hakekat dari keberadaan, epistemologi berbicara tentang pengetahuan manusia, sedangkan aksiologi berbicara tentang apa manfaat semua hal itu bagi manusia/praksis pengetahuan, kemudian selanjutnya apa bedanya filsafat secara khusus dengan berfilsafat, filsafat secara khusus adalah seperangkat konsep/teori tentang pembacaan sesuatu hal tentang hidup ini,  sedang berfilsafat adalah praktek nyata kehidupan manusia atas seperangkat konsep/teori tersebut  jadi jelas sekali bedanya, lalu apa bedanya ahli filsafat dengan filosof, ahli filsafat adalah orang yang tau konsep/teori filsafat tetapi tidak mempratekkan dalam keseharianya sedangakan filosof adalah orang yang tahu maupun tidak tahu konsep/teori filsafat tetapi dalam keseharian hidupnya adalah reflektif, oke selanjutnya saya akan membahas tentang refleksi apa itu refleksi? Refleksi adalah berpikir, berikir yang seperti apa setidaknya terdapat tiga unsur dalam refleksi.

1.Radikal: yakni cara berpikir mendalam, mempertanyakan hakikat terdalam dari sesuatu
2. Rasional: ke masuk akalan atau sesuatu yang selaras dengan hokum-hukum akal
3. kritis: yakni mempertanyakan segala sesuatu termasuk hal-hal yang di anggap tabu
Jadi boleh dikatakan bahwa refleksi merupakan kunci dalam memahami dunia.

Lalu seperti apa praktek berfilsafat saya mempunyai contoh sederhana misal kita mau makan kalau kita hidup secara mekanis maka kegiatan makan ya hanya sekedar makan saja tetapi kalau kita berfilsafat maka kita akan bertanya mengapa saya makan? Apa itu makan? Apakah saya harus makan? Dari mana makanan itu? Apa gunanya makan? Sekilah terlihat kurang berguna pertanyaan-pertanyaan itu akan tetapi itulah makna hidup yang sesungguhnya hidup yang bermakna, hidup yang eksistensial, itu hanya sekedar contoh kecil dalam berfilsafat masih banyak contoh-contoh yang lain, sekarang kita menghadapi arus perubahan kehidupan yang menyebabkan hilangnya batas-batas teritori, kecepatan informasi dan digitalisasi di semua struktur kehidupan entah politik, sosial dan budaya zaman ini atau era ini kita sebut revolusi industri 4.0 dulu mau ketemu harus tatap muka tapi sekarang cukup dengan vidio call dulu mengirim surat harus lewat kantor pos sekarang cukup mengggunakan broadcast ojek konvesional sekarang tergntikan dengan ojek online, dulu belanja harus repot-repot pergi ke mall atau pasar sekarang kita bisa belanja dengaan online, semua sesungguhnya yang terjadi hari ini adalah bentuk dari digitalisasi teknologi yang merombak struktur konvesional menjadi struktur yang baru, yang lebih cepat yang lebih irit dan yang lebih efisien, untuk menghadapi dunia yang seperti ini kita perlu mempunyai bekal yang cukup agar kita tidak terseret dalam arus mekanisasi kehidupan dan kemunduran peradaban lalu apa bekalnya? Bekalnya adalah pemahaman eksistensi, lalu bentuknya apa? Bentuknya adalah berfilsafat? Lalu bagaimana caranya berfilsafat? Caranya adalah refleksi.  ketiga term tersebut sudah saya jelaskan di atas kalau lupa baca lagi. Sekarang saya hanya akan menjelaskan apa itu eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan salah satu aliran dalam filsafat, istilah eksistensialisme lebih identik dengan para filsuf barat karna memang pada awalnya berasal dari barat, terdapat sejumlah nama tokoh terkenal yang memiliki pemikiran eksistensialismebaik itu di barat ataupun di timur  misal,sorren kierkegard,  jean paul sartre, m.iqbal, mulla sadra dan masih banyak lagi eksistensialisme secara sederhana adalah suatu pandangan dalam filsafat yang menggangap manusia sebagai subyek yang bebas, sadar dan hidup berdasarkan kehendaknya sendiri, dalam eksistensialisme manusia dianggap memiliki segenap potensi yang membedakanya dengan makhluk yang lain yang dapat digunakan dalam rangka aktualisasi di, manusia bebas dalam memilih hidupnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihanya itu, di samping itu manusia juga merupakan makhluk yang sadar atas segala keputusan yang di ambil, dalam pemikiran jean paul sartre terdapat dua level kesadaran manusia yang pertama adalah level pra reflektif  yakni suatu kondisi subyek(manusia) yang sedang mencerap suatu fenomena kemudian yang kedua adalah reflektif yakni suatu kondisi subyek(manusia) yang memberi tanggapan atau respon terhadap fenomena tersebut, contoh konkret misal bayangkan saja didepan anda ada minuman teh, kemudian anda melihatnya dan muncul di kesadaran anda, oh ada minuman teh(ini level kesadaran pra reflektif) lalu kemudian anda berpikir lagi ini ada teh punya siapa ya,  lalu kenapa tidak ada orangnya( ini level kesadaran reflektif) dua kesadaran inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain, binatang dan tumbuhan tidak mempunya dua level kesadarn ini, maksud saya dalam konteks perkembangan zaman yang semakin pesat ini kita hendaknya memiliki reasoning atau alasan atau kesadaran atas segala tindakan, perbuatan, siakp atau keputusan yang kita ambiil agar kita menjadi manusia yang eksis menjadi diri kita sendiri bagaimana caranya untuk eksis caranya adalah dengan berfilsafat apa lalu bagaimana caranya berfilsafat caranya adalah refleksi diri, lalu apa tujuan dari itu semua tujuanya adalah agar kita menjadi manusia yang bertanggung jawab atas segala yang kita lakukan secara bebas, sadar dan atas kehendak kita sendiri  dan bukan menjadi manusia mekanis yang hidup di atas rutinitas tanpa makna.

(MD)

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages